Mengenal Indowebster (IDWS)


Sekilas Indowebster


IDWS adalah kepanjangan dari Indowebster. Situs dari indowebster ini adalah situs yang bisa dikatakan termasuk situs-situs yang besar di Indonesia. Dalam waktu singkat, situs ini menjadi homepage yang banyak dikunjungi di Indonesia. Indowebster, rapidshare,4shared,dll adalah layanan hosting dan sharing file, yang mana bisa kita gunakan untuk upload file kemudian dishare ke pengguna internet.
Indowebster di sini bersifat lokal, sedangkan yang lainnya mancanegara. Karena masuk dalam kategori lokal, Indowebster mengijinkan orang - orang yang dengan mudah upload dan download file yang dapat berupa klip video, game, gambar,musik, software, website, email, blog, dan lain-lain. Situs ini telah menjadi sumber seseorang untuk mengoleksi berbagai multimedia yang terdapat pada situs ini, termasuk saya.
Untuk mencari file, anda bisa menggunakan fasilitas search yang ada pada situs ini. Yang mana pada search di sini berisi keyword dan kategory yang anda perlukan. Sehingga apabila anda ingin mencari suatu file cukup mengisi keword dan kategory ini.

Pendiri Indowebster

Acong, Hacker Insaf yang Suka Berbagi
"Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?"
"The more we share, the more we will get something. Why should be afraid to share?"

Ia tak tahu pasti sudah berapa ribu server yang telah ia jebol. Sebagai seorang peretas, Juny Maimun memang gemar sekali masuk ke server orang. Bukan untuk mengeruk keuntungan, namun sekadar untuk mempelajari source code aplikasi, atau desain sebuah database.

Itu adalah Juny Maimun yang dulu. Pria yang kerap disapa Acong itu, beberapa tahun lalu memang aktif di komunitas 'bawah tanah' AntiHackerlink. Di kalangan peretas, ia dikenal dengan nama nick 'Bagan'.

Tapi Acong sudah tobat. Ia tak mau lagi merugikan orang lain. Sebagai penganut agama Budha taat, Acong percaya betul dengan Karma. Kini, ia tengah mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi informasi yang tengah berkembang pesat.

"Sekarang saya cuma pingin nebus dosa," kata Acong, saat diwawancara VIVAnews di Gedung Cyber, Jakarta, Rabu 17 Februari 2010. Bahkan, ia justru menyeru rekan-rekan sesama hacker yang salah jalan, untuk insaf kembali ke 'jalan yang benar'.

Pelan-pelan, pria kelahiran Bagan Siapi-api, 29 tahun lalu itu, mengajak teman-teman cracker (hacker kriminil) untuk beralih menjadi pengusaha konten, pengembang aplikasi, atau bergabung dalam proyek-proyek yang ia kerjakan.

"Apa sih yang didapat dari aktivitas hacking?" Pertanyaan itu biasanya ia lontarkan untuk menyadarkan teman sejawat peretasnya. Sebab, Acong yakin, walau kegiatan carding (menjebol kartu kredit orang lain) bisa membuahkan hasil yang sepadan dengan harga sebuah kapal pesiar, namun hasil uang panas itu akan cepat 'menguap' tak tersisa.

Kini, Acong sibuk dengan tiga proyek yang ia jalankan. Yakni, bisnis warung internet (warnet), usaha penyediaan jasa internet (ISP), dan menjalankan situs bagi pakai file, foto, dan musik: Indowebster.

Usaha warnet sudah ditekuni sejak Acong masih kuliah di New College Stamford. Dari pertama Acong hanya punya satu warnet, kini, bekerja sama dengan rekannya, ia mengoperasikan sekitar tujuh buah warnet. Selain bisnis warnet, Acong juga memiliki ISP bernama Maxindo Mitra Solusi.

Sementara Acong mulai terjun ke dunia web saat mendirikan forum khusus bagi para pecinta game, bernama Indogamers. Di forum ini, Acong juga mendorong anggota komunitas untuk tak cuma berdiskusi, tapi juga berani membuat server game.

Kemudian, sekitar 3 tahun lalu, Acong mendirikan sebuah situs bagi pakai file bernama Indofile. Dari kocek pribadinya, Acong menginvestasikan dana sekitar Rp 50 juta untuk membeli server untuk keperluan situs bagi pakai file.

Situs ini bertahan selama setahun. Hingga pada akhirnya, Acong mengubah Indofile menjadi Indowebster. Konsepnya juga mengalami perubahan. "Indowebster merupakan perpaduan dari Rapidshare, ImageShack, dan YouTube," kata Acong.

Jadi tak sekadar mengunduh dan mengunggah file, tapi pengguna juga bisa mengunggah foto dan video di Indowebster. Ke depan Acong sedang mempersiapkan sebuah strategi baru untuk memperluas layanan Indowebster, yaitu menyediakan layanan TV internet.

Uniknya, tak seperti pengusaha web lain yang mengejar profit atau keuntungan, dalam mengelola Indowebster, Acong sama sekali tak mau menarik keuntungan dari situs web ini. Sebab, hal ini terkait erat dengan filosofi yang dipegang teguh oleh Acong: Internet adalah tempat berbagi, sehingga tak sepatutnya bila sebuah situs web mengutip keuntungan.

Walaupun tak mengkomersialkan Indowebster, Acong tak pernah takut situs itu bangkrut, karena untuk membiayai operasional Indowebster, Acong mengambilnya dari berbagai keuntungan yang ia dapatkan dari bisnis ISP dan proyek-proyek yang ia kerjakan bersama tim pengembangan mereka.

"Kebaikan yang kita lakukan pasti akan membawa feedback. Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?" kata Acong. Buktinya, kata dia, total investasi dari perangkat-perangkat yang dimiliki Indowebster, kini sudah mencapai paling tidak Rp 1,3 miliar.

Menurut Acong, praktek berbagi yang ia terapkan merupakan pengejawantahan dari prinsip Open Source. Ia sangat mendukung penyebaran ilmu atau teknologi secara terbuka dan cuma-cuma, sehingga semua orang bisa menikmatinya.

"Kalau semua orang go open source, tidak ada orang yang kelaparan. Sebab, open source membuka peluang kontribusi kepada semua orang, tidak hanya kepada orang atau kalangan tertentu saja. Dunia akan lebih sejahtera dengan open source," kata suami dari Wiwik Huang itu.

Tip berbagi dan keterbukaannya itu ternyata tidak hanya dipraktekan pada urusan bisnis semata. Acong juga menerapkannya saat berinteraksi dengan para karyawan. Ia memberikan kesempatan yang sangat besar kepada karyawan-karyawannya untuk maju.

Alim Bachtiar, 19 tahun, adalah salah satu buktinya. Empat tahun lalu, pemuda kelahiran Boyolali itu adalah juru parkir, saat pertama kali bekerja di warnet milik Acong. Namun, Alim yang 'cuma' jebolan SMP itu, kini memegang tanggung jawab menangani core routing koneksi wireless ke klien Maxindo.

"Tak selalu membutuhkan titel pendidikan yang tinggi untuk sebuah tanggung jawab yang besar. Semua orang bisa mempelajari teori, tapi pengalaman adalah sesuatu yang paling bernilai," kata Acong.

Saat diwawancara VIVAnews, Rabu 17 Februari 2010, Alim mengatakan bahwa Acong tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan agama, ras, etnis, dan lain-lain. Acong sering membantu menyiarkan siaran langsung sebuah acara pengajian majelis taklim, ke situs Indowebster.

Tak hanya itu, selama ia bekerja, Alim mengaku tak pernah dibentak atau mengalami perlakuan kasar dari Acong. "Saya bangga punya atasan Pak Acong," kata Alim. Tak terbatas urusan kerjaan, Acong bahkan juga kerap menjadi sasaran curhat Alim, saat ia sedang ada masalah keluarga.

Bagi Acong sendiri, menjadi pengusaha di bidang TI seperti saat ini bukan cita-citanya sejak kecil, karena Acong mengaku tak pernah punya cita-cita di waktu kecil. Hanya saja, pekerjaannya saat ini memang sangat cocok dengan kegemaran dasarnya, yaitu menyediakan sesuatu untuk digunakan orang lain.

"Bila sesuatu yang kita sediakan bermanfaat bagi orang lain, rasanya ada kepuasan tersendiri," ujar hacker tobat itu dengan kalem.

2010, Indowebster Siap Tambah 200 Server

Semakin mudah dan murahnya akses internet di tanah air dan juga jangkauannya yang semakin meluas, berimbas langsung terhadap layanan file sharing. Salah satunya adalah Indowebster.

Dari sekitar 100 server file yang kini tersedia di gedung Cyber, Jakarta, di tahun 2010 ini Indowebster akan memasang sekitar 100 sampai 200 file server tambahan.

“Sejak diresmikan tahun 2008, sampai minggu lalu, kami memiliki sekitar 680 ribu member,” kata Juny Maimun, Director Maxindo Mitra Solusi yang juga mengelola Indowebster pada VIVAnews di Jakarta, 3 Februari 2010. “Server-server baru tersebut akan kami siapkan untuk menampung konten yang diupload pengguna,” ucapnya.

Pasalnya, kata Juny, pertumbuhan pengguna internet akan melejit dalam 1-2 tahun ini. “Apalagi kalau melihat para operator penyedia layanan internet gencar menawarkan layanannya ke masyarakat,” kata Juny.

Juny menyebutkan, saat ini sebagian besar pengguna memanfaatkan Indowebster sebagai fasilitas file sharing. “Layanan tersebut yang paling banyak diminati. Angkanya mencapai sekitar 60%,” ucapnya. “Adapun sekitar 30% untuk video dan sisanya untuk image,” ucap Juny.

Dari sisi bandwidth, menurut Juny, khususnya untuk bandwidth lokal, Indowebster menyediakan jalur sebesar 10Gbps bagi pengguna. “Saat ini, dari kapasitas tersebut, pemakaian rata-rata baru mencapai 5 sampai 6 Gbps,” ucapnya.

"Semakin kita berbagi, semakin kita akan mendapatkan sesuatu. Kenapa musti takut berbagi?"

No comments:

Post a Comment


Related Post